Langsung ke konten utama

Verbatim Kasus DI

Kita tahu bahwa dalam perkembangannya, kasus yang dihadapi oleh konseli dalam proses konseling semakin dinamis dan kompleks. Peranan seorang konselor dalam membantu menyelesaikan permasalahan konseli menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, hal ini berkaitan dengan cara atau pendekatan yang digunakan oleh konselor dalam proses konseling. Berikut ini adalah contoh verbatim tentang kasus DI (Decision Making for Interview).



Nama   : Andreas Purbo A.P
Kelas   : 2015 A
NIM    : 151114039

VERBATIM
TEKNIK-TEKNIK KONSELING

1. FASE PEMBUKAAN
NO.
SUBJEK
PERCAKAPAN
1.
Ki
“Selamat siang, Pak.”
2.
Ko
“Selamat siang, Eno.”
3.
Ki
“Bolehkah saya mengganggu kesibukan Bapak?”
4.
Ko
“Tentu saja boleh Eno.”
5.
Ki
“Ada yang ingin saya bicarakan dengan Bapak. Apakah Bapak ada waktu?”
6.
Ko
“Oh.. Tentu saja Eno. Duduklah dulu.”
7.
Ki
“Terimakasih Pak.”
8.
Ko
“Apa kabarmu hari ini Eno?”
9.
Ki
“Puji Tuhan, saya sehat, Pak. Bagaimana dengan Bapak?”
10.
Ko
“Kabar Bapak juga baik-baik saja, Eno.”
11.
Ki
“Oke, Pak.”
12.
Ko
“Tadi pagi Bapak melihat kamu sedang berlatih basket di lapangan belakang. Kamu terlihat sangat bersemangat sekali saat latihan. Semoga kamu dan teman-teman bisa mewakili sekolah kita dalam lomba basket antar SMA bulan depan.”
13.
Ki
“Iya Pak, saya memang sangat suka olahraga basket. Kemudian saya ditunjuk untuk bergabung dengan tim ini. Saya merasa senang dan semangat dalam setiap sesi latihan. Apalagi saat ini saya sudah kelas XII dan mungkin ini adalah lomba terakhir yang bisa saya ikuti sebelum saya akhirnya lulus Semoga saya dan teman-teman bisa memberikan hasil yang terbaik untuk sekolah ini.”
14.
Ko
“Syukurlah kalau begitu. Bapak akan mendukungmu untuk terus berprestasi Eno.”
15.
Ki
“Terimakasih Pak atas dukungannya. Tapi Pak, sebenarnya saya datang kesini tidak untuk membicarakan tentang basket. Ada satu hal yang membuat saya akhir-akhir ini menjadi sangat resah Pak.”
16.
Ko
“Oh, begitu... Tadi Eno mengatakan bahwa ada hal yang membuatmu akhir-akhir ini resah. Mungkin bisa kamu ceritakan kepada Bapak.”


2. FASE PENJELASAN MASALAH
NO.
SUBJEK
PERCAKAPAN
17.
Ki
“Ya seperti itu Pak. Saya jadi galau akhir-akhir ini. Saya jadi tidak tenang dan tidak  konsentrasi kala belajar.”
18.
Ko
“Oh, demikian... Hal itu sampai membuatmu tidak fokus saat belajar. Kamu menjadi galau akhir-akhir ini.”
19.
Ki
“Ya memang demikian Pak.”
20.
Ko
“Adakah sesuatu yang menimbulkan masalah ini?”
21.
Ki
“Ada, Pak. Dua minggu yang lalu hubungan saya dan pacar saya telah berakhir. Saya jadi merasa kehilangan sesuatu pada diri saya Pak.”
22.
Ko
“hmm... kamu merasa seperti ada yang hilang dari dirimu. Bagaimanakah kiranya  keadaanmu sehingga kamu merasa demikian?”
23.
Ki
“Saya kini merasa bingung, Pak.”
24.
Ko
“Merasa bingung?”
25.
Ki
“Iya Pak.”
26.
Ko
“Bisa kamu jelaskan kepada Bapak?”
27.
Ki
“Begini, Pak. Setelah saya putus dengan pacar saya, saya merasa galau dan gelisah Pak. Tapi saya sudah bisa menerima keputusannya mengapa dia memutuskan agar hubungan kami berakhir. Saya menjadi galau dan gelisah karena bulan depan sudah memasuki masa ujian akhir semester satu. Kemudian dilanjutkan dengan try out persiapan ujian nasional. Saya khawatir dengan keadaan saya yang seperti ini, saya jadi tidak bisa maksimal dalam belajar Pak.”
28.
Ko
“Oh.. Begitu. Jadi, kamu khawatir belajarmu tidak akan maksimal. Demikian ?”
29.
Ki
“Iyaa.. begitu, Pak.”


3. FASE PENGGALIAN LATAR BELAKANG MASALAH
NO.
SUBJEK
PERCAKAPAN
30.
Ko
“Coba kamu jelaskan lebih lanjut Eno.”
31.
Ki
“Putus dari pacar saya memang membuat saya galau. Ada beberapa alasan mengapa saya menjadi galau Pak. Pertama, saya merasa sayang kepadanya. Kemudian, dia selalu memberi semangat kepada saya saat saya sedang down. Kami juga sering sharing dan bercerita bersama. Yang paling membuat saya galau karena bersamanya, saya menjadi semangat dalam belajar Pak apalagi sekarang sudah kelas XII.”
32.
Ko
“Oh, begitu... Dan sekarang, kamu merasa takut kalau-kalau kamu tidak bisa belajar  dengan maksimal dan akhirnya ujianmu jadi terganggu?”
33.
Ki
“Benar sekali Pak. Saya sudah merasakannya saat ini bahwa belajar menjadi sebuah  kegiatan yang tidak mengasyikkan lagi.”
34.
Ko
“Tidak mengasyikkan?”
35.
Ki
“Yaa.. Seperti itu Pak. Tidak semangat rasanya raga ini untuk belajar.”
36.
Ko
“Lalu kalau kamu tidak mau belajar, bagaimana dengan ujianmu?”
37.
Ki
“Entah, Pak. Saya sadar ujian sudah semakin dekat, tapi keadaan ini seperti membelenggu saya, Pak.”
38.
Ko
“Membelenggumu?”
39.
Ki
“Iyaa, Pak. Saya saya merasa terkurung dalam keadaan ini dan seperti tidak tahu lagi
apa yang harus saya lakukan.”
40.
Ko
“Memang ini adalah keadaan yang sulit, tidak hanya untukmu tapi juga orang lain yang mungkin berada dalam posisi sepertimu.”
41.
Ki
“Benarkah demikian, Pak?”
42.
Ko
“Yaa.. tentu saja demikian!”
43.
Ki
“Berarti ada orang lain yang juga merasakan seperti apa yang saya rasakan.”
44.
Ko
“Benar sekali, ada juga orang lain yang demikian. Tapi sekarang kita fokus saja kepada masalahmu ini.”
45.
Ki
“Baik, Pak.”
46.
Ko
“Bolehkah Bapak bertanya sesuatu Eno?”
47.
Ki
“Bapak mau tanya apa?”
48.
Ko
“Bapak ingin menanyakan, apakah kamu menyadari bahwa pemikiranmu yang seperti itu menjadi masalah bagimu?”
49.
Ki
“Iya, Pak. Saya sadar bahwa semua ini salah dan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi.”
50.
Ko
“Bagus, Eno. Kamu telah menyadari bahwa ini adalah salah dan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi.”
51.
Ki
“Iya, Pak.”
52.
Ko
“Baiklah kalau begitu. Kalau saya ringkas masalahnya: Eno sedang merasa galau dan gelisah karena beberapa waktu yang lalu Eno putus dengan pacarmu. Maka kamu berpikir bahwa kamu tidak bisa belajar lagi dengan semangat. Padahal ujian akhir semester sudah dekat dan juga try out persiapan ujian nasional sudah menanti. Eno juga sudah menyadari bahwa ini semua tidak benar dan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Demikian?”
53
Ki
“Betul demikian, Pak. Saya ingin mendapat pengarahan dari Bapak agar saya bisa mengatasi masalah saya ini.”
54
Ko
“Jadi kamu ingin benar-benar keluar dari masalahmu ini Eno?”
55.
Ki
“Ya, Pak.”
56.
Ko
“Baiklah kalau begitu. Sekarang mari kita bersama-sama mencari solusi untuk masalahmu ini.”
57.
Ki
“Terimakasih, Pak.”


4. FASE PENYELESAIAN MASALAH
NO.
SUBJEK
PERCAKAPAN
58.
Ko
“Dalam kasus seperti ini, memang sering kali seseorang menjadi berpikir negatif pada  dirinya sendiri. Padahal setiap masalah itu pasti ada jalan keluarnya. Masalah seperti yang Eno sekarang alami contohnya. Eno menjadi berpikir yang negatif saat ini. Kamu berpikir bahwa dirimu tidak bisa belajar tanpa pacarmu yang dulu. Sehingga setelah putus, dirimu tidak bersemangat untuk belajar.”
59.
Ki
“Ya, seperti itulah Pak yang saya rasakan.”
60.
Ko
“Sekarang kamu ingin mengatasi masalahmu ini kan?”
61.
Ki
“Iya, Pak. Saya sangat ingin.”
62.
Ko
“Sekarang, coba kamu ubah pikiranmu yang irasional tersebut menjadi pikiran yang  rasional!”
63.
Ki
“Bagaimana caranya Pak?”
64.
Ko
“Begini Eno, pikiranmu yang irasional itu adalah bahwa kamu berpikir kamu tidak bisa belajar dengan baik setelah tidak bersama dengan pacarmu yang dulu. Demikian?”
65.
Ki
“Iyaa benar sekali Pak.”
66.
Ko
“Sekarang mari kita ubah bersama hal itu. Bapak ingin kita untuk meninjau kembali  bahwa pikiranmu yang sekarang adalah pikiran yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya kamu pikirkan.”
67.
Ki
“Baiklah Pak.”
68.
Ko.
“Apakah kamu yakin bahwa kamu tidak bisa belajar tanpa mantan pacarmu?”
69.
Ki
“Ehm...” (terdiam)
70.
Ko
“Apakah setelah putus kamu jadi benar-benar tidak bisa belajar?”
71.
Ki
“Ya, saya tetap bisa bisa belajar Pak.”
72.
Ko
“Apakah belajar hanya ditentukan oleh keberadaan mantan pacarmu saja?”
73.
Ki
“Menurut saya tidak Pak!”
74.
Ko
“Adakah hal lain yang bisa membuatmu kembali bersemangat?”
75.
Ki
“Ehm... (terdiam)
76.
Ko
“Sekarang coba kamu bayangkan kedua orang tuamu Eno!”
77.
Ki
“Baiklah, Pak.”
78.
Ko
“Coba kamu bayangkan senyuman kedua orang tua mu ketika melihatmu berangkat ke sekolah. Bayangkan mereka yang telah berusaha untuk membiayaimu sampai saat ini. Lihatlah betapa besar harapan mereka kepadamu Eno.”
79.
Ki
“Iya, Pak. Benar apa yang Bapak katakan.”
80.
Ko
“Apakah putus dengan pacarmu mengalahkan besarnya harapan kedua orang tuamu  kepadamu?”
81.
Ki
“Tidak, Pak.”
82
Ko
“Lalu apa yang ada dipikiranmu saat ini?”
83.
Ki
“Saya kini menjadi lebih sadar Pak, bahwa semestinya saya bisa belajar dengan semangat walau saya baru putus dengan mantan pacar saya. Saya kini sadar bahwa masih ada orang tua saya yang memberikan harapannya yang besar dalam diri saya.”
84.
Ko
“Kamu yakin itu?”
85.
Ki
“Iyaa, saya yakin Pak.”
86.
Ko
“Sekarang apa yang kamu rasakan?”
87.
Ki
“Kini, saya menjadi lebih terang lagi Pak. Saya juga yakin bahwa saya bisa kembali  bersemangat dalam belajar.”
88.
Ko
“Bapak senang dengan pemikiranmu Eno. Kamu cepat sekali menyadari ketidakbenaran dalam pemikiranmu dan sekarang kamu sudah berhasil mengubahnya.”
89.
Ki
“Terimakasih, Pak.”
90.
Ko
“Sama-sama Eno. Sekarang, apakah kamu sudah mendapat gambaran tentang dirimu  kedepan akan seperti apa?”
91.
Ki
“Sudah, Pak.”
92.
Ko
“Bisa kamu katakan itu?”
93.
Ki
“Sekarang saya sudah punya gambaran bahwa saya seharusnya bisa tetap belajar  dengan semangat walau saya putus dengan mantan pacar saya. Saya kini sadar bahwa belajar demi ujian di depan mata adalah kewajiban yang utama bagi saya. Kini saya akan berubah dan berusaha melupakan semua yang telah terjadi dan kembali belajar dengan giat karena orang tua saya pasti mendukung saya.”
94.
Ko
“Coba kamu sebutkan hal konkret apa yang akan kamu lakukan kedepannya, Eno!”
95.
Ki
“Pertama, saya anggap masalah ini sudah selesai, Pak. Saya akan mulai kembali belajar dengan giat. Karena belajar adalah kebutuhan saya. Saya bisa berhasil karena saya mau berusaha dan bekerja keras.”
96.
Ko
“Wah.. bagus sekali Eno. Bapak bangga kepadamu.”
97.
Ki
“Terimakasih, Pak.”
98.
Ko
“Sama-sama Eno. Adakah hal lain yang masih ingin kamu selesaikan?”
99.
Ki
“Ehm.. saya kira sudah cukup Pak.”
100.
Ko
“Baiklah kalau begitu, Bapak rasa pertemuan kali ini cukup sampai disini.”
101.
Ki
“Oh.. Baiklah, Pak.”


5. FASE PENUTUP
NO.
SUBJEK
PERCAKAPAN
102.
Ko
“Apabila sudah tidak ada lagi hal yang ingin kamu tanyakan, sekarang kita akhiri saja pertemuan kali ini.”
103.
Ki
“Baiklah, Pak.”
104.
Ko
“Bapak yakin kepadamu kalau kamu itu bisa semangat lagi Eno.”
105.
Ki
“Terimakasih banyak Pak.”
106.
Ko
“Apabila kamu masih ingin membicarakan hal ini kembali dengan Bapak, kamu bisa datang keruangan Bapak.”
107.
Ki
“Sungguh Pak?”
108.
Ko
“Iyaa... Eno, kamu bisa hubungi Bapak lagi jika memang kamu ingin menanyakan suatu hal.”
109.
Ki
“Baiklah, Pak. Nanti saya akan hubungi Bapak jika saya merasa butuh bantuan.”
110.
Ko
“Siip.. Eno.”
111.
Ki
“Baiklah, Pak. Saya permisi dulu Pak.”
112.
Ko
“Iyaa... tetap tersenyum ya Eno.”
113.
Ki
“Iyaa, Pak. Hehehehe...
114.
Ko
“Hehehehehe...”
115.
Ki
“Selamat siang Pak, permisi.”
116.
Ko
“Iyaa, selamat siang juga.. hati-hati yaa.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tes Kepribadian 16 P.F

  TES KEPRIBADIAN 16 P.F Silakan dibaca dengan teliti. Semoga bermanfaat. a.       Deskripsi Tes 16 P.F 1. Landasan Teori Tes kepribadian Enam-Belas Faktor Kepribadian merupakan karya adaptasi dari “Sixteen Personality Factors Questionnare (16 P.F)” yang diciptakan RAYMOND B. CATTEL . Tes ini diterbitkan oleh Institute for Personality and Ability (IPAT) pada tahun 1972. Tes kepribadian Enam-Belas Faktor terdiri dari beberapa bentuk, yaitu : bentuk A, B, C, D, E, dan F. Bentuk A, B, C, dan D dapat menggunakan buku yang sama misalnya seperti dari buku form c ini. Bentuk E dan F adalah untuk individu-individu yang mengalami hambatan atau kesukaran di dalam pendidikan dan membaca. Tes kepribadian Enam-Belas Faktor dirancang untuk usia 16 tahun ke atas. Sedangkan tes kepribadia Enam-Belas Faktor yang serumpun dengan ini dirancang bagi usia-usia yang lebih muda, seperti : o    “JR-SR High School Personality Questionnare (H...

Tes Kepribadian EPPS

       TES KEPRIBADIAN EPPS Silakan dibaca dengan teliti. Semoga bermanfaat. a.       Deskripsi Tes EPPS 1. Landasan Teori Tes Edward Personal Preference Schedule atau Tes EPPS adalah sebuah tes kepribadian yang terdiri dari pilihan-pilihan jawaban dimana jawaban-jawaban tersebut mencerminkan kepribadian seseorang. Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar motivasi, kebutuhan, dan motif pada diri seseorang. Tes ini disusun oleh Edward berdasarkan teori H. A. Murray tentang kebutuhan manusia. Dalam tes EPPS ini tidak ada jawaban yang bernilai benar atau pun jawaban yang bernilai salah. Tes ini hanya dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kecenderungan, dorongan-dorongan, kebutuhan yang dimiliki seseorang. Psikotes EPPS ini termasuk dalam tes kepribadian yang objektif. Berikut adalah ciri-ciri dari tes EPPS. 1.    Tidak ada batasan waktu yang diberikan dalam pengerjaan tes. 2. ...

Makalah Pengelolaan Kelas

MAKALAH PENGELOLAAN KELAS

Memahami Diri Sebagai Pribadi

Manusia adalah pribadi yang unik. Manusia berbeda antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan dari segi fisik sampai psikis ada semua. Namun satu hal yang pasti, dimana manusia terlahir dengan berkat dari Allah berupa potensi-potensi.  Manusia diciptakan Kiri dengan anugerah dari Allah berupa kemampuan yang dapat terus untuk dikembangkan. Ada manusia yang telah sadar akan potensi yang dimilikinya. Namun tidak sedikit pula yang belum atau bahkan tidak menyadari potensi yang dimilikinya.